Jenazah Reno Syahputra Dewo, seorang demonstran berusia 24 tahun yang ditemukan dalam kondisi tinggal kerangka, tiba di rumah duka di Jalan Kampung Malang Utara, Tegalsari, Surabaya, pada malam hari. Kehadirannya di rumah duka disambut tangis haru dari keluarganya, yang sangat terpukul dengan kondisi tersebut.
Berdasarkan pantauan di lokasi kejadian, ambulans yang membawa jenazah tiba sekitar pukul 19.30 WIB. Begitu sampai, petugas langsung menurunkan peti jenazah dari ambulans yang sudah ditunggu oleh banyak sanak saudara dan tetangga.
Ibunda Reno tampak pingsan ketika melihat peti jenazah putranya dibawa ke dalam rumah. Suasana semakin haru saat keluarga dan kerabat yang hadir mulai meluapkan kesedihan mereka sambil mengenang momen-momen indah bersama almarhum.
Akhir dari Sebuah Pencarian yang Menyedihkan
Keluarga Reno terpaksa menerima kenyataan pahit setelah pencarian yang panjang. Sebelumnya, dua kerangka manusia ditemukan dalam kondisi hangus terbakar di sebuah gedung dekat markas Brimob, tempat terjadinya demonstrasi akhir Agustus lalu.
Penemuan tersebut melibatkan tindakan olah tempat kejadian perkara oleh pihak kepolisian, yang segera membawa kerangka-kerangka tersebut ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut. Pemeriksaan forensik menjadi langkah krusial untuk mengidentifikasi identitas kerangka yang ditemukan.
Setelah adanya pemeriksaan dan pengambilan sampel DNA, hasilnya pun menunjukkan kesesuaian antara kerangka dengan Reno dan satu lagi temannya. Hal ini menjadi titik terang dalam kasus yang penuh misteri ini.
Proses Identifikasi yang Menyita Perhatian Publik
Kepolisian kemudian mengumumkan hasil tes DNA pada Jumat, 7 November, yang menunjukkan bahwa dua kerangka tersebut adalah Reno dan temannya, Muhammad Farhan Hamid. Proses identifikasi ini menarik perhatian publik karena adanya keterkaitan dengan peristiwa demonstrasi yang berlangsung sebelumnya.
Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh Brigjen Pol. Sumy Hastry Purwanti, kedua kerangka tersebut telah teridentifikasi melalui data kesehatan sebelum kematian dan hasil penilaian dokter gigi. Metode ini menjadi bukti penting dalam mengungkap siapa saja yang menjadi korban dalam peristiwa tersebut.
Data identifikasi menunjukkan bahwa Reno adalah anak biologis dari Bapak Muhammad Yasin, sementara Farhan adalah anak dari Bapak Hamidi. Hal ini menambah kedalaman emosional dari cerita yang sudah memilukan ini.
Reaksi Keluarga dan Komunitas di Sekitar
Reaksi dari keluarga dan komunitas sangat mendalam saat mengetahui identitas Reno dan Farhan. Kesedihan menyelimuti keluarga dan teman-teman yang merindukan kehadiran mereka, dan tak terhitung air mata yang tertumpah di acara pemakaman. Komunitas lokal juga tidak kalah terharu dengan peristiwa yang menimpa dua orang pemuda ini.
Isak tangis dan jeritan kesedihan menggema saat peti jenazah diangkat menuju tempat peristirahatan terakhir. Momen ini menjadi simbol betapa pentingnya kehadiran mereka dalam hidup orang-orang terdekat.
Dengan berbagai tribusi dari masyarakat, renungan di tengah kesedihan pun berlangsung. Banyak yang berdoa agar kejadian serupa tidak terjadi lagi di masa depan dan agar semua pihak dapat lebih menghargai hidup.




