Cinta Laura, seorang artis yang berbakat, baru-baru ini mengungkapkan perasaannya yang mendalam mengenai keluarga, khususnya hubungannya dengan sang ayah. Dalam sebuah podcast, ia dengan tulus berbagi kisah yang jarang terdengar oleh publik mengenai diriny.
Di tengah kesibukannya sebagai seorang selebritas, Cinta mengakui bahwa ia merasa berat hati karena jarang menghabiskan waktu dengan ayahnya yang kini berusia 75 tahun. Perasaan bersalah ini muncul karena ia hanya mampu bertemu dua kali dalam setahun, sebuah kenyataan yang menyedihkan mengingat pentingnya hubungan keluarga.
Cinta Laura: Mengungkap Proses Emosional dalam Kehidupan Pribadi
Pada podcast yang dipandu Ivan Gunawan, Cinta merinci bagaimana ia sering terjebak dalam kesibukan karier, sehingga melupakan hal-hal penting seperti waktu bersama keluarga. Ia mengungkapkan, “Ambisi saya sering kali membuat fokus saya teralihkan dari orang-orang terkasih.”
Kisah hidup Cinta adalah contoh nyata dari dilema banyak orang yang berusaha menyeimbangkan karir dan kehidupan pribadi. Meski terang-terangan berbicara tentang ambisinya, hatinya tetap merasa ada yang kurang ketika ia tidak bisa lebih sering bertemu dengan orang tua.
Cinta Laura menggambarkan ayahnya sebagai seorang pemikir yang tidak terlalu sentimental, namun sangat berpengaruh dalam membentuk karakternya. “Dia mengajarkan saya untuk menjadi kuat dan mandiri,” tutur Cinta dengan nada penuh bakti.
Orang tua Cinta kini menghabiskan waktu dengan beraktivitas bersama di Bali, sebuah gambaran sederhana namun penuh makna. Meski mereka tampak bahagia, Cinta merasakan ada ruang kosong yang bisa diisi jika ia lebih banyak berada di samping mereka.
Keterbatasan Waktu: Kekuatan dan Kelemahan Cinta Laura
Cinta menjelaskan bahwa sifat pekerja kerasnya adalah warisan dari ayahnya. “Papa saya selalu fokus pada pekerjaan, dan saya pun tidak jauh berbeda,” ujarnya. Ini menunjukkan bagaimana lingkungan keluarga berperan dalam perkembangan karakter individu.
Pentingnya hubungan antar generasi tidak bisa diragukan lagi. Dengan menyadari waktu yang terbatas, Cinta berusaha untuk berbuat lebih baik dan memperbaiki relasi yang mungkin terabaikan. Ia berharap ke depannya bisa lebih sering bercengkerama dengan orang tuanya.
Memikirkan masa depan, Cinta merasa tertekan ketika menyadari bahwa momen-momen berharga bersama sang ayah semakin sedikit. Dengan kemungkinan hanyaพบ pertemuan 18 kali lagi dalam kehidupan ayahnya, rasa cemas semakin menghantuinya.
Cinta menyadari bahwa hidup ini terlalu singkat untuk tidak menghabiskan waktu bersama orang-orang tercinta. “Setiap detik adalah berharga,” tuturnya, menegaskan pentingnya memprioritaskan keluarga di tengah kesibukan.
Harapan di Tengah Kerinduan untuk Keluarga
Meski menyadari kesibukan yang menghiasi hari-harinya, Cinta tetap bertekad untuk memperbaiki frekuensi pertemuannya dengan ayahnya. “Saya ingin membuat lebih banyak kenangan indah sebelum terlambat,” ungkapnya dengan tekad.
Perjalanan karier yang membawanya jauh dari keluarga adalah sebuah harga yang harus dibayar. Namun, rasa sakit dan kerinduan itu menjadi pengingat kuat akan pentingnya mendekatkan diri dengan keluarga.
Keberanian Cinta untuk berbagi kisah ini bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang yang mengalami hal serupa. Ia menghadapi tantangan dan merasakannya di tingkat yang sangat personal, yang kemudian membawanya untuk introspeksi lebih dalam.
Cinta berharap bisa menemukan keseimbangan yang lebih baik antara karir dan keluarganya, dengan harapan bahwa kedamaian yang diperoleh bisa dirasakan oleh semua anggota keluarganya. “Keluarga adalah yang terpenting dalam hidup saya,” tegasnya.



