Pemerintah Provinsi Aceh, yang dipimpin oleh Gubernur Muzakir Manaf, mulai merespon langkah kontroversial yang diambil oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, di bawah pimpinan Bobby Nasution. Aksi razia kendaraan dengan pelat Aceh di wilayah Sumut tersebut dianggap oleh Mualem sebagai tindakan yang aneh dan merugikan, baik bagi masyarakat Aceh maupun bagi Bobby sendiri.
“Kita harus tetap tenang dan tidak menganggap kebijakan razia ini terlalu serius. Tindakan ini justru lebih merugikan Gubernur Sumut sendiri daripada masyarakat Aceh,” kata Mualem dalam Rapat Paripurna di DPR Aceh.
Meski demikian, Mualem mengingatkan pentingnya untuk tetap waspada jika kebijakan tersebut berpotensi mengancam masyarakat Aceh secara luas. “Jika sudah terlalu jauh merugikan masyarakat, baru kita bertindak,” tambahnya.
Penjelasan Munculnya Razia Kendaraan Pelat Aceh di Sumut
Kebijakan razia yang dikeluarkan oleh Pemprov Sumut ini bukanlah tanpa alasan. Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Sumut, Erwin Hotmansyah Harahap, menjelaskan bahwa jika ada kesan yang salah terkait pesan dari aksi tersebut, mereka bersedia meminta maaf kepada masyarakat. Ini menunjukkan bahwa pihak Pemprov Sumut berkomitmen untuk meningkatkan komunikasi publik demi terciptanya suasana yang kondusif.
Bobby Nasution mengklaim bahwa razia pelat kendaraan luar daerah ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan daerah. “Kami tidak peduli dengan hujatan. Ini untuk memastikan bahwa semua kendaraan yang beroperasi di Sumut membayar pajak di sini,” ungkapnya.
Pemprov juga menekankan bahwa kendaraan yang didata adalah yang beroperasi penuh di Sumut, bukan sekadar yang melintas. Kebijakan ini, menurut Bobby, perlu dilakukan untuk menjaga infrastruktur jalan yang sering dirusak oleh kendaraan berat.
Dampak Kebijakan pada Hubungan Antara Aceh dan Sumut
Meski kebijakan ini bisa dianggap sebagai langkah ekonomi, ia juga memiliki potensi merusak hubungan antara masyarakat Aceh dan Sumut. Mualem menekankan pentingnya menjaga harmonisasi antara kedua wilayah dan tidak berlebihan dalam menanggapi tindakan tersebut.
Dikhawatirkan, tindakan razia yang digalakkan dapat menimbulkan ketegangan baru antara masyarakat Aceh dan pemerintah Sumut. “Hal ini bisa mengganggu keharmonisan yang telah terjalin selama ini,” ungkapnya. Oleh karena itu, respons sinis Mualem sepertinya berusaha meredakan situasi agar tidak semakin panas.
Jalan menuju kesepakatan antara Aceh dan Sumut semakin rumit jika tindakan seperti ini terus berlangsung. Banyak pihak berharap pemerintah dapat memberikan solusi yang lebih adil demi kesejahteraan masyarakat di kedua daerah.
Sikap Pemprov Aceh Terhadap Kebijakan yang Diterapkan
Gubernur Mualem mengingatkan bahwa tindakan yang diambil oleh Pemprov Sumut harus tetap dalam koridor yang tidak merugikan masyarakat Aceh secara keseluruhan. “Kami harus terus memantau jika kebijakan ini mulai berdampak negatif,” ujarnya menegaskan.
Meskipun sudah ada pengakuan dari Pemprov Sumut tentang pentingnya komunikasi publik, beberapa orang di Aceh tetap skeptis mengenai implementasi kebijakan tersebut. “Kami tidak ingin situasi ini menjadi alat politik untuk menekan masyarakat Aceh,” tambah Mualem.
Penting bagi masyarakat untuk terus menyuarakan pendapat mereka, agar pemerintah tidak mendapatkan hak untuk mengambil kebijakan sepihak yang dapat merusak kehidupan mereka. Masyarakat Aceh terus berharap akan ada dialog yang lebih baik antara kedua daerah terkait masalah ini.




