Keluarga mendiang Timothy Anugrah Saputra, seorang mahasiswa Universitas Udayana di Bali, kini berada dalam situasi penuh ketidakpastian. Mereka menduga anak mereka tewas karena bunuh diri setelah mengalami perundungan di kampus. Kejadian ini telah menarik perhatian polisi serta memicu pengusutan menyeluruh untuk mencari tahu kebenaran di balik peristiwa tragis tersebut.
Ayah Timothy, Lukas Diana Putra, telah melapor kepada pihak kepolisian untuk memohon penyelidikan yang menyeluruh atas kematian anaknya. Penegasan Lukas soal pentingnya memastikan kronologi kejadian membuat banyak orang merasa khawatir akan kondisi kesehatan mental mahasiswa di kampus tersebut.
Lukas merasa sangat kehilangan dan ingin menjelaskan kepada masyarakat apa yang sebenarnya terjadi pada Timothy. Ia juga mengungkapkan bahwa informasi yang beredar mengenai kematian anaknya masih sangat membingungkan dan tidak jelas.
Penyelidikan Polisi atas Kematian Timothy Anugrah Saputra
Pihak kepolisian Denpasar, Bali, telah menerima laporan dari keluarga dan mulai melakukan penyelidikan lebih dalam terkait kematian Timothy. Menurut Kasi Humas Polresta Denpasar, I Ketut Sukadi, pihaknya berusaha mengumpulkan semua bukti dan keterangan saksi untuk menentukan penyebab kematian mahasiswa tersebut.
Kepolisian awalnya mengonfirmasi bahwa terjadi kebingungan terkait lokasi jatuhnya Timothy, ternyata ia jatuh dari gedung lantai empat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Kejadian tersebut terjadi pada Rabu, 15 Oktober 2025, di depan gedung FISIP Unud di Jalan Sudirman.
Pada saat kejadian, saksi bernama NKGA yang juga mahasiswa sedang menunggu dosen di lantai empat. Deskripsi yang disampaikan saksi menunjukkan bahwa Timothy terlihat panik sebelum ia melompat. Hal ini semakin menambah kesedihan dan pertanyaan terkait kondisi psikologisnya.
Tim Investigasi Khusus Universitas Udayana
Rektorat Universitas Udayana telah membentuk tim investigasi untuk menyelidiki lebih dalam mengenai kematian Timothy. Tim ini bertujuan untuk mengeksplorasi dugaan perundungan yang dialami korban di lingkungan kampus. Pembentukan tim ini diumumkan oleh Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi di Jakarta.
Brian Yuliarto, Menteri yang bersangkutan, menegaskan pentingnya transparansi dan dukungan bagi keluarga korban selama proses ini. Ia menyatakan bahwa sebagai bagian dari civitas akademika, pihak kampus perlu lebih peka terhadap kondisi mahasiswa dan menciptakan lingkungan yang lebih mendukung.
Pihak Rektorat juga berkomitmen untuk terus memantau perkembangan penyelidikan sehingga dapat memastikan keadilan bagi korban dan keluarganya. Tanggapannya mencerminkan keseriusan institusi dalam menangani masalah kesehatan mental mahasiswa.
Reaksi Publik terhadap Kasus Kematian Ini
Kematian Timothy memicu diskusi yang sangat serius mengenai kesehatan mental di lingkungan pendidikan tinggi. Banyak yang mengingatkan pentingnya perhatian terhadap rasa aman dan kesehatan psikologis mahasiswa, terutama di tengah tekanan akademis yang berlebihan.
Peristiwa ini juga memunculkan gelombang simpati dan kemarahan di kalangan masyarakat. Beredarnya informasi bahwa Timothy mengalami perundungan di kampus semakin memperkuat empati terhadap keluarganya. Berbagai pihak merasa perlu untuk menyuarakan kepedulian terhadap masalah ini agar tidak terulang di masa mendatang.
Di media sosial juga muncul tanggapan yang keras terhadap tindakan para mahasiswa yang merendahkan dan mengejek kondisi Timothy setelah kematiannya. Tindakan tersebut mendapatkan kecaman luas dan menuntut tanggung jawab dari pihak kampus untuk memberikan sanksi.




