loading…
Riwayat pendidikan pakar ekonomi politik Ichsanuddin Noorsy. Foto/YouTube Okezone.
Ia menilai proyek tersebut tidak dijalankan dengan mekanisme yang tegas dan menimbulkan pertanyaan serius mengenai status kerja sama yang dijalankan.
Baca juga: Ichsanuddin Noorsy Sebut China Paling Diuntungkan dalam Proyek Whoosh
Dalam dialog Rakyat Bersuara di iNews, Selasa (21/10/2025), Noorsy menjelaskan bahwa proyek ini tidak jelas dijalankan dalam skema business to business (B2B) atau business to government (B2G). Ia bahkan menilai terjadi penyimpangan prosedural dalam penugasan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
“Yang statusnya sebenarnya B2B, tapi kemudian terkena beban negara karena BUMN ditugaskan. Artinya secara prosedur hal dia menjadi tidak tampak tegas, apakah memang konstruksinya B2B atau B2G, itu kalimat penting di situ,” katanya.
Pendidikan merupakan salah satu pilar penting dalam membangun kapasitas individu yang berpengaruh dalam berbagai bidang, termasuk ekonomi. Salah satu tokoh yang mengamati dan menganalisis fenomena ini adalah Ichsanuddin Noorsy, seorang pakar ekonomi politik yang memiliki jejak pendidikan yang cukup jelas dan mendalam. Pengalamannya dan pemikirannya terhadap isu-isu strategis, seperti proyek kereta cepat Jakarta-Bandung, memberikan wawasan baru.
Dalam konteks pendidikan, Noorsy meyakini bahwa pemahaman yang kuat akan aspek ekonomi politik sangat penting untuk membahas proyek-proyek besar yang menyangkut kepentingan publik dan swasta. Dalam banyak situasi, termasuk proyek infrastruktur, terdapat kerumitan yang tidak bisa diabaikan. Hal ini mengharuskan para pemangku kepentingan untuk memiliki pemahaman yang komprehensif mengenai masalah yang ada.
Menggali Latar Belakang Pendidikan Ichsanuddin Noorsy
Ichsanuddin Noorsy menyelesaikan pendidikan tinggi di bidang ekonomi dan politik, dan sangat aktif dalam sejumlah diskusi dan penelitian di bidang tersebut. Pendidikan yang kuat di bidang ini memberinya perspektif yang unik dalam menganalisis berbagai proyek ekonomi. Dengan bekal pengetahuan ini, ia dapat menggali isu-isu yang mungkin diabaikan oleh banyak pihak, terutama dalam proyek kerjasama internasional.
Dia juga berpartisipasi dalam banyak forum dan seminar yang membahas mengenai perkembangan ekonomi, baik di dalam maupun luar negeri. Dengan pengalaman tersebut, Noorsy mampu memberikan analisis yang tajam mengenai dampak dari kebijakan yang diambil pemerintah terhadap masyarakat. Pandangan dan keahliannya membuatnya diundang dalam banyak acara publik untuk berbicara tentang isu-isu strategis.
Keahlian Noorsy dalam ekonomi politik tidak hanya terbatas pada teori. Ia pun memiliki kemampuan untuk menerapkan teorinya dalam konteks praktis, seperti yang terlihat dalam pandangannya tentang proyek kereta cepat. Dengan keahlian ini, dia mampu membantu orang lain memahami kompleksitas yang ada di balik proyek tersebut dan bagaimana hal itu akan mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.
Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung dan Implikasinya
Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung menjadi salah satu isu yang cukup hangat diperbincangkan. Noorsy menekankan bahwa masih ada kejelasan yang kurang dalam mekanisme proyek ini, terutama mengenai pihak-pihak yang terlibat dan peran masing-masing. Menurutnya, ketidakjelasan ini berpotensi menimbulkan masalah di kemudian hari terkait tanggung jawab dan pengelolaan yang tepat.
Salah satu poin yang ditekankan oleh Noorsy adalah adanya penyimpangan dalam prosedur. Ia mengungkapkan kekhawatiran mengenai bagaimana Badan Usaha Milik Negara (BUMN) termasuk dalam proyek yang seharusnya bersifat B2B. Hal ini menimbulkan banyak pertanyaan tentang kejelasan dan keberlanjutan proyek tersebut dalam konteks peraturan dan hukum yang berlaku.
Dalam analisisnya, Noorsy juga mengkritisi struktur pembiayaan dan pengawasan proyek yang dinilai lemah. Ia menyarankan perlunya peninjauan kembali terhadap mekanisme yang ada agar dapat berfungsi dengan baik. Penegasan ini tidak hanya mencerminkan sikap skeptis, tetapi juga menunjukkan kepedulian terhadap transparansi dan akuntabilitas dalam setiap proyek yang melibatkan dana publik.
Kehadiran China dalam Proyek Kereta Cepat
Noorsy menyoroti bahwa keberadaan China dalam proyek ini sebagai salah satu faktor yang menyebabkan keprihatinan. Ia melihat bahwa China berada dalam posisi menguntungkan, sementara Indonesia sebagai negara tuan rumah menghadapi risiko yang lebih besar. Hal ini memunculkan pertanyaan mengenai keseimbangan dalam kerja sama antara negara berkembang dan negara maju.
Analisis ini menunjukkan bahwa dalam banyak kasus, negara-negara yang lebih maju sering kali lebih teruntung dalam proyek kolaborasi internasional. Noorsy mengingatkan bahwa ketergantungan akan teknologi dan investasi asing bisa menjadi bumerang jika tidak dikelola dengan hati-hati. Oleh karena itu, penting untuk memiliki strategi yang jelas untuk melindungi kepentingan nasional.
Noorsy berpendapat bahwa diskusi yang lebih mendalam dan berkelanjutan diperlukan untuk menjamin bahwa proyek-proyek di masa depan tidak mengulangi kesalahan yang sama. Penetapan regulasi yang lebih ketat dan transparansi dalam setiap langkah proyek menjadi salah satu solusi yang diusulkan. Hal ini untuk memastikan bahwa semua pihak mendapatkan manfaat yang adil dari investasi yang dilakukan.




