Raja Keraton Surakarta, SISKS Pakubuwono XIII Hangabehi, telah meninggal dunia pada Minggu, 2 November 2024, dalam usia 77 tahun. Berita duka ini pertama kali tersebar di media sosial dan aplikasi pesan singkat, menciptakan suasana berkabung di kalangan masyarakat dan kerabat terdekatnya.
Informasi mengenai kepergian beliau kemudian dikonfirmasi oleh salah satu kerabatnya, Raden Ayu Febri Hapsari Dipokusumo, yang meminta doa agar almarhum dijaga di sisi-Nya. Masyarakat merasa kehilangan sosok pemimpin yang penuh kharisma dan dedikasi terhadap budaya dan tradisi.
Keberadaan Keraton Surakarta sebagai pusat kebudayaan Jawa menjadikan sosok SISKS Pakubuwono XIII sangat berarti. Peran beliau dalam menjaga warisan budaya serta mengembangkan nilai-nilai luhur sangat dihargai oleh masyarakat luas.
Meski Dalam Keberadaan Sederhana, Perannya Besar
Di tengah kesederhanaan hidupnya, SISKS Pakubuwono XIII dikenal sebagai pribadi yang dekat dengan rakyat. Ia sering kali berinteraksi dengan masyarakat dan mendengarkan aspirasi mereka, hal ini selaras dengan tradisi kerajaan yang bijak dan berempati.
Beliau juga rajin menggelar acara kebudayaan yang melibatkan warga sekitar, sehingga memperkuat ikatan antara Keraton dan rakyatnya. Tindakan ini bukan hanya memperkokoh hubungan namun juga berdampak positif bagi pelestarian budaya Jawa.
Selama masa pemerintahannya, berbagai program kultural dilakukan untuk mengedukasi generasi muda tentang pentingnya memahami identitas budaya mereka. Melalui pendekatan yang inklusif dan mengajak partisipasi publik, beliau berhasil menciptakan suasana yang harmonis.
Warisan Yang Ditinggalkan untuk Generasi Mendatang
SISKS Pakubuwono XIII tidak hanya meninggalkan warisan kebudayaan, tetapi juga nilai-nilai moral yang tinggi. Ia selalu menekankan pentingnya menjaga etika dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini diharapkan dapat menjadi teladan bagi generasi mendatang.
Salah satu warisan terbesarnya adalah komitmen terhadap pelestarian seni dan budaya, yang sekarang menjadi tanggung jawab generasi penerus. Bagi masyarakat Keraton, mengingat jasa-jasanya adalah salah satu cara untuk menghargai karya-karya budaya yang telah ditinggalkan.
Di tengah tantangan zaman yang semakin modern, nilai-nilai yang diajarkan oleh almarhum tetap relevan. Ia percaya bahwa karakter yang kuat dan cinta terhadap budaya dapat menjadi pendorong untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.
Kesedihan yang Menghampiri Keraton dan Masyarakat
Kehilangan sosok pemimpin seperti SISKS Pakubuwono XIII menjadi duka mendalam bagi keluarga, kerabat, serta seluruh masyarakat Keraton. Suasana haru menyelimuti setiap sudut Keraton saat kabar kepergiannya menyebar. Banyak yang datang untuk memberikan penghormatan terakhir.
Juru Bicara Mahamenteri Keraton Surakarta, KGPHPA Tedjowulan, juga mengkonfirmasi berita duka tersebut, menambah deretan kesedihan di hati masyarakat. Proses pemakaman yang direncanakan di Keraton menjadi momen penting dalam tradisi penghormatan terhadap pemimpin yang telah pergi.
Seiring dengan persiapan pemakaman, berbagai doa dan harapan disampaikan oleh masyarakat. Mereka percaya bahwa ketidakberadaan almarhum di dunia ini akan diganti dengan kenangan indah yang terus hidup dalam sejarah Keraton Surakarta.




