Dwi Putri Aprilian Dini, seorang perempuan berusia 25 tahun asal Lampung, tewas dalam keadaan tragis setelah diduga mengalami penyiksaan dan ritual keji di sebuah agensi penyalur pemandu lagu di Batam, Kepulauan Riau. Peristiwa yang mengejutkan ini terjadi setelah korban datang untuk melamar pekerjaan pada tanggal 24 November lalu.
Menurut kuasa hukum keluarga, Putri Maya Rumanti, korban awalnya mencari informasi tentang lowongan pekerjaan di media sosial. Rencananya, Dwi Putri ingin melamar sebagai asisten rumah tangga, tetapi nasib membawanya pada kenyataan yang lebih kelam.
Setelah datang ke agensi tersebut, korban malah dipaksa untuk bekerja sebagai pemandu lagu. Dalam proses tersebut, Dwi Putri diharuskan menjalani ritual yang sangat mengerikan, yang disebut sebagai syarat agar para pemandu lagu mendapatkan banyak tamu.
Proses Awal Keterlibatan Dwi Dalam Agensi Pemandu Lagu
Keluarga Dwi tidak menyadari bahwa arus kuat dunia pekerjaan malam menyambutnya. Korban yang terpesona oleh tawaran kerja yang sederhana, harus menghadapi kenyataan pahit akibat dari manipulasi agensi. Dwi Putri dipaksa mengikuti berbagai ritual yang membuat hidupnya terancam.
Dalam proses ritual tersebut, wajah Dwi dicat dan ia dipaksa meminum alkohol dalam jumlah yang berlebihan. Hal ini mengarah pada penganiayaan yang lebih serius, yang tak terbayangkan oleh orang lain. Pihak agensi sempat beralasan bahwa ritual tersebut diperlukan untuk meningkatkan popularitas pemandu lagu.
Insiden ini menjadi semakin rumit ketika seorang pelaku, Anik Istikoma Novianaaaz, membuat video rekayasa yang menampilkan Dwi dalam situasi yang memfitnah. Video ini memicu kemarahan tersangka lain, Wilson Lukman, dan mengakibatkan penganiayaan yang brutal terhadap korban.
Detail Penganiayaan yang Dialami Dwi Putri
Penganiayaan terhadap Dwi dimulai pada hari Selasa hingga hari Kamis, selama tiga hari penuh. Dalam episode kelam itu, Dwi mengalami perlakuan yang sangat sadis, mulai dari pukulan hingga penyiksaan menggunakan benda-benda di sekitarnya. Semua tindakan ini terekam dalam rekaman CCTV, yang menjadi bukti kejahatan tersebut.
Pihak kepolisian bahkan mengungkapkan bahwa Dwi dipukul dengan sapu lidi, ditendang, dan ditarik rambutnya. Konsekuensi dari kekejaman ini membuatnya terikat dan terperangkap dalam kondisi mengenaskan, dengan mulut dilakban dan tangan serta kaki diikat.
Aksi kekerasan tersebut tidak hanya terjadi secara fisik, tetapi juga melekat pada aspek psikologis. Dwi diperlakukan layaknya objek daripada individu yang memiliki kehormatan dan hak asasi. Cuplikan-cuplikan tersebut menggambarkan betapa tragisnya nasib yang dialami oleh Dwi.
Reaksi Keluarga dan Upaya Pencarian Keadilan
Setelah penganiayaan berakhir, Dwi tidak sadarkan diri. Tanda-tanda kekerasan yang mengerikan di wajahnya menimbulkan kejanggalan bagi para pelaku yang mengakui bahwa korban sudah meninggal sebelum dibawa ke rumah sakit. Kejadian ini memicu investigasi yang lebih dalam oleh pihak kepolisian dan laporan dari tenaga kesehatan.
Pihak keluarga pun berupaya memanfaatkan jalur hukum untuk mencari keadilan bagi Dwi. Mereka berkoordinasi dengan pihak kepolisian dan meminta agar kasus ini tidak dibiarkan begitu saja, melainkan diusut tuntas. Kuasa hukum keluarga merasa adanya sindikat perdagangan manusia di balik kasus ini dan ingin memastikan bahwa tidak ada korban lain yang mengalami situasi serupa.
Pihak kepolisian meringkus empat orang terduga pelaku dan menyita barang bukti, termasuk barang-barang yang digunakan dalam penyiksaan. Keempat pelaku terancam dijerat dengan pasal yang berat, yaitu ancaman hukuman mati atau penjara lama.
Upaya Penegakan Hukum dan Harapan Masa Depan
Melalui kasus tragis Dwi Putri, muncul kesadaran akan pentingnya penegakan hukum dan perlindungan terhadap pekerja, khususnya dalam sektor yang rawan seperti pemandu lagu. Kasus ini tidak hanya mengundang perhatian lokal, tetapi juga harus menjadi sorotan nasional untuk menanggulangi perdagangan manusia.
Keluarga Dwi sangat berharap agar semua terduga pelaku diadili dengan seadil-adilnya dan menjadi pelajaran bagi masyarakat. Mereka ingin agar keadilan ditegakkan dan tidak ada lagi korban asyik dalam pencarian pekerjaan yang berujung pada tragedi.
Setiap peristiwa ini mengingatkan kita akan pentingnya kewaspadaan dan perhatian terhadap orang-orang yang mungkin menjadi korban eksploitasi. Upaya untuk melindungi hak-hak mereka harus menjadi prioritas bagi semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat luas.




